Sering kita mendengar istilah, rumahku surgaku. Baiti jannati. Setiap orang menginginkan rumah tinggal mereka
serasa di surga. Setiap orang berharap mempunyai keluarga yang bahagia. Setiap suami
mengharapkan istri dan anak keturunan
yang sholeh. Anak dan istri yang menyenangkan serta menenangkan hati. Setiap suami
berdo’a mempunyai anak keturunan yang kelak dapat menjadi pimpinan kaum
beriman. Yang kelak menjadi imam para mu’minin. Betapa nikmatnya hidup di dunia
ini. Bukan ansih karena berlebihnya materi, tetapi lebih karena tercukupinya
asupan hati kita.
Adalah kebahagiaan seorang suami yang dianugerahi istri, yang, apabila ia
memandangnya, ia merasa semakin sayang. Berbagai masalah yang menimpanya di
luar rumah serta merta hilang, begitu ia memandang wajah sang istri. Kesenangan
di luar rumah tidak membuat suami tergoyah, karena di rumah ada bidadari yang
wajahnya senantiasa menenangkan jiwa. Subhanallah.
Betapa nikmatnya hidup di dunia ini. Baiti
jannati.
Kebahagiaan lahir dari istri yang apabila suami memandang wajah istrinya,
membuat suami semakin sayang, semakin kuat jalinan persaannya. Sebagaimana ungkapan Ali bin Abi Thalib ra. “Ketika aku memandangnya, hilanglah kesusahan
dan kesedihanku.”
Ada banyak orang berasumsi, bahwa kecantikan wajah seorang istri yang
mempesona adalah jaminan kebahagiaan seorang suami. Apakah benar demikian? Selayaknya
kita menyanggahnya dengan mengatakan, itu tidak benar! Marilah kita sejenak
melihat fakta yang bertebaran di sekitar kita. Betapa banyak laki-laki yang
mendapatkan istri seorang wanita cantik, tetapi kemudian tidak lama berlalu,
mereka bercerai, mengakhiri perkawinan mereka. Betapa banyak artis – yang katanya
memiliki wajah yang cantik serta fisik yang seksi – gagal dalam mengarungi
bahtera keluarganya. Bahkan seringkali tidak berselang lama setelah mereka
menikah. Alangkah tragisnya, orang-orang yang mengagung-agungkan wajah dan
tubuh mereka, namun pada akhirnya, rumah tangga mereka harus kandas karena
wajah dan tubuh. Na’udzubillah min dzalik.
Di lain sisi, kita mendapati orang lebih mudah tersentuh hatinya oleh
keramahan dan kelembutan sikap seseorang daripada keelokan wajahnya. Sikap yang
baik meluluhkan hati manusia sehingga di hatinya tumbuh kasih sayang. Sementara
keelokan wajah hanya akan segera menguap tak berarti ketika sikap yang
ditampakkan tidak bersahabat.
Dari hadits Rasulullah saw kita belajar. “Biasanya wanita dinikahi karena empat perkara, karena kecantikannya,
karena hartanya, karena keturunannya, dan karena agama (akhlak) nya. Maka pilihlah
yang beragama, semoga beruntung usahamu.” (HR. Bukhori Muslim).
Rasulullah saw juga memberi kita sebuah nasehat, “Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja
kecantikannya itu membuatnya hina. Janganlah kamu menikahi seorang wanita
karena hartanya, karena mungkin saja harta itu membuatnya melampaui batas. Akan
tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang
sholeh, meskipun buruk wajahnya, adalah lebih utama.” (HR. Ibnu Majah).
Juga dari nasehat Nabi saw yang lain, “Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga diri lagi pandai
membangkitkan syahwat, yaitu keras (sungguh-sungguh) menjaga kehormatannya,
pandai membangkitkan syahwat suaminya.” (HR. Ad Dailami).
Seorang istri yang sholehah akan berusaha merawat dirinya untuk menyejukkan
pandangan mata suami. Ia berhias ketika di rumah dan tidak melakukannya ketika
keluar rumah. Di saat berada di samping suami, ia memakai wewangian yang suami
dapat mengideranya dengan perasaan bahagia. Namun tidak ia lakukan ketika keluar rumah. Betapa
bahagianya hidup di dunia ini. Baiti
Jannati.
Rasulullah saw mencintai wewangian dan memerintahkan sahabatnya untuk
memakainya. Wewangian adalah salah satu faktor yang menguatkan ikatan cinta
suami dan istri, serta menjauhkan dari rasa amarah. insyaAllah.
Boleh jadi wajah istri tidak rupawan. Tetapi ia memberikan wajah yang
teduh menyenangkan. Tetapi ia ikhlas menampilkan senyuman penuh kasih sayang. Bisa
jadi tubuh istri tidak proporsional. Tetapi ia merawatnya dengan sepenuh hati
demi kebahagiaan suami. Ia berdandan hanya untuk sang suami. Tidak untuk
dikonsumsi khalayak ramai. Subhanallah.
Betapa nikmat hidup ini. Baiti Jannati.
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment