Monday, October 6, 2014

Cinta Sejati Tumbuh Bukan Dari Materi





Sering kita mendengar istilah, rumahku surgaku. Baiti jannati. Setiap orang menginginkan rumah tinggal mereka serasa di surga. Setiap orang berharap mempunyai keluarga yang bahagia. Setiap suami mengharapkan istri  dan anak keturunan yang sholeh. Anak dan istri yang menyenangkan serta menenangkan hati. Setiap suami berdo’a mempunyai anak keturunan yang kelak dapat menjadi pimpinan kaum beriman. Yang kelak menjadi imam para mu’minin. Betapa nikmatnya hidup di dunia ini. Bukan ansih karena berlebihnya materi, tetapi lebih karena tercukupinya asupan hati kita.
Adalah kebahagiaan seorang suami yang dianugerahi istri, yang, apabila ia memandangnya, ia merasa semakin sayang. Berbagai masalah yang menimpanya di luar rumah serta merta hilang, begitu ia memandang wajah sang istri. Kesenangan di luar rumah tidak membuat suami tergoyah, karena di rumah ada bidadari yang wajahnya senantiasa menenangkan jiwa. Subhanallah. Betapa nikmatnya hidup di dunia ini. Baiti jannati.
Kebahagiaan lahir dari istri yang apabila suami memandang wajah istrinya, membuat suami semakin sayang, semakin kuat jalinan persaannya.  Sebagaimana ungkapan Ali bin Abi Thalib ra. “Ketika aku memandangnya, hilanglah kesusahan dan kesedihanku.”
Ada banyak orang berasumsi, bahwa kecantikan wajah seorang istri yang mempesona adalah jaminan kebahagiaan seorang suami. Apakah benar demikian? Selayaknya kita menyanggahnya dengan mengatakan, itu tidak benar! Marilah kita sejenak melihat fakta yang bertebaran di sekitar kita. Betapa banyak laki-laki yang mendapatkan istri seorang wanita cantik, tetapi kemudian tidak lama berlalu, mereka bercerai, mengakhiri perkawinan mereka. Betapa banyak artis – yang katanya memiliki wajah yang cantik serta fisik yang seksi – gagal dalam mengarungi bahtera keluarganya. Bahkan seringkali tidak berselang lama setelah mereka menikah. Alangkah tragisnya, orang-orang yang mengagung-agungkan wajah dan tubuh mereka, namun pada akhirnya, rumah tangga mereka harus kandas karena wajah dan tubuh. Na’udzubillah min dzalik.
Di lain sisi, kita mendapati orang lebih mudah tersentuh hatinya oleh keramahan dan kelembutan sikap seseorang daripada keelokan wajahnya. Sikap yang baik meluluhkan hati manusia sehingga di hatinya tumbuh kasih sayang. Sementara keelokan wajah hanya akan segera menguap tak berarti ketika sikap yang ditampakkan tidak bersahabat.
Dari hadits Rasulullah saw kita belajar. “Biasanya wanita dinikahi karena empat perkara, karena kecantikannya, karena hartanya, karena keturunannya, dan karena agama (akhlak) nya. Maka pilihlah yang beragama, semoga beruntung usahamu.” (HR. Bukhori Muslim).
Rasulullah saw juga memberi kita sebuah nasehat, “Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikannya itu membuatnya hina. Janganlah kamu menikahi seorang wanita karena hartanya, karena mungkin saja harta itu membuatnya melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang sholeh, meskipun buruk wajahnya, adalah lebih utama.” (HR. Ibnu Majah).
Juga dari nasehat Nabi saw yang lain, “Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, yaitu keras (sungguh-sungguh) menjaga kehormatannya, pandai membangkitkan syahwat suaminya.” (HR. Ad Dailami).
Seorang istri yang sholehah akan berusaha merawat dirinya untuk menyejukkan pandangan mata suami. Ia berhias ketika di rumah dan tidak melakukannya ketika keluar rumah. Di saat berada di samping suami, ia memakai wewangian yang suami dapat mengideranya dengan perasaan bahagia.  Namun tidak ia lakukan ketika keluar rumah. Betapa bahagianya hidup di dunia ini. Baiti Jannati.
Rasulullah saw mencintai wewangian dan memerintahkan sahabatnya untuk memakainya. Wewangian adalah salah satu faktor yang menguatkan ikatan cinta suami dan istri, serta menjauhkan dari rasa amarah. insyaAllah.
Boleh jadi wajah istri tidak rupawan. Tetapi ia memberikan wajah yang teduh menyenangkan. Tetapi ia ikhlas menampilkan senyuman penuh kasih sayang. Bisa jadi tubuh istri tidak proporsional. Tetapi ia merawatnya dengan sepenuh hati demi kebahagiaan suami. Ia berdandan hanya untuk sang suami. Tidak untuk dikonsumsi khalayak ramai. Subhanallah. Betapa nikmat hidup ini. Baiti Jannati.
Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment