Saturday, September 27, 2014

Keluarga Sakinah



Seringkali kita mendengar kalimat, “Semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah dan rahmah” ketika menghadiri upacara pernikahan kerabat. Perlu kita ketahui yang dimaksud dengan sakinah mawadah dan rahmah (samara) itu.
Sakinah artinya adalah ketenangan, ketentraman hati. Dalam mengarungi maghligai keluarga, terkadang mengalami cobaan dan ujian. Namun juga terkadang dikaruniai kesenangan dan kesuksesan. Dalam suka dan duka tersebut suami istri merasakan ketentraman dan kedamaian saat berdekatan. Ketika suami sedang dilanda ujian dalam pekerjaannya, ia mendapat senyum penuh kasih dari istrinya. Betapa nikmatnya. Sudah sepantasnya seorang suami mensyukuri nikmat istri yang menenangkan tersebut. Sebagaimana ungkapan, kunci kebahagiaan seorang suami adalah istri shalihah yang bila dipandang membuat suami semakin sayang, jika ditinggal pergi terasa aman, karena ia menjada anak dan harta suami.
Bagaimana dengan mawadah? Mawadah berarti ketulusan. Dalam pernikahan diperlukan ketulusan diantara suami dan istri. Ketulusan untuk saling menerima keadaan masing-masing pasangan beserta kekurangannya. Ketulusan untuk menerima pemberian dari pasangan kita. Ketulusan untuk memberikan hak pasangan kita. Ketulusan untuk memaafkan kesalahan pasangan kita. Ketulusan untuk mempercayai pasangan kita. Ketulusan untuk mencintai pasangan kita.
Rahmah berarti kasih sayang. Kebahagiaan akan terasa diantara pasangan yang saling memberikan kasih sayang. Mereka yang memberikan sepenuh perasaanya kepada pasangannya. Suami merasa tenteram di pangkuan istri. Sementara istri merasa tenteram di dekapan hangat dada suami dan usapan penuh kasihnya.
Tanpa adanya sakinah, mawadah dan rahmah, akan sulit sebuah keluarga mencapai tingkatan berkah, barakah dan penuh keberkahan sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah saw ketika mendoakan kedua pengantin. Kita disunnahkan untuk memberikan doa “Semoga Allah SWT memberkahi kalian berdua dan melimpahkan berkah kepada kalian”.
Dengan mendoakan barakah, artinya juga mendoakan sakinah, mawadah dan rahmah kepada kedua mempelai tersebut. Artinya, anda juga mendoakan pengantin tersebut mendapatkan keturunan yang barakah. Pernikahan barakah berarti barakah untuk pengantinnya, barakah terasakan oleh orang-orang di sekitarnya.
Kita dilarang untuk mendoakan sepasang pengantin dengan “Semoga bahagia dan banyak anak”. Tetapi kita dianjurkan untuk memberikan doa “Semoga Allah SWT memberkahi kalian berdua dan melimpahkan berkah kepada kalian”.
Akhirnya semoga pernikahan kita barakah dan dikaruniai keberkahan. Aamiin.
Semoga bermanfaat.

Bersetubuh Ketika Istri Hamil



Selama masa kehamilan, seorang istri sesungguhnya juga membutuhkan sentuhan dari suami. Seorang istri juga membutuhkan nafkah batin, bersetubuh dengan suaminya. Meskipun kondisi fisik sudah berubah, perut sudah semakin membesar. Namun kebutuhan nafkah batin tetap dirasakan oleh seorang istri. Oleh karenanya, seorang suami sudah semestinya juga memahami kondisi istrinya. Dibutuhkan komunikasi yang baik antara suami dan istri berkaitan dengan jima’ tersebut. Perlu dibicarakan bagaimana cara melakukan jima’ yang lebih baik dan lebih menyenangkan bagi kedua belah pihak. Diantaranya adalah dengan mengubah posisi jima’.
istrimu bagaikan lading bagi kamu, karena itu datangilah ladangmu itu bagaimana saja kamu kehendaki” (QS. 2 : 223)
Pada intinya, kita boleh melakukan jima’ dengan posisi apapun, asalkan tidak menyetubuhi anus dan tidak jima’ ketika istri haid. Dengan mengubah posisi jima’ diharapkan dapat menghilangkan kejenuhan dan memberikan sensasi berbeda. Nah, ketika istri hamil kita bisa mengubah posisi jima’ diantaranya:
1.              Posisi istri di atas
Pada posisi ini istri lebih aktif dalam melakukan senggama. Istri setengah jongkok di atas suami. Dengan posisi seperti ini, istri akan lebih mudah meraih puncak kenikmatan, karena klitoris istri mendapat sentuhan dari barang suami. Selain itu dan dapat mengatur ritme penetrasi dengan lebih tenang.

2.              Suami istri berdampingan
Pada posisi ini, suami istri tidur berbaring dengan posisi miring. Kemudian suami aktif melakukan jima’. Posisi ini lebih ringan bagi istri yang sedang hamil.

3.              Duduk berhadapan
Istri duduk di atas pangkuan suami dengan kaki terbuka. Istri lebih aktif dalam melakukan jima’. Dan hamper sama dengan posisi pertama, posisi ini, istri lebih cepat mencapai puncak kenikmatan.

4.              Mendatangi istri dari belakang
Maksud dari mendatangi dari belakang adalah posisi suami di belakang istri. Hanya saja, jima’ tetap dilakukan pada vagina istri. Tidak boleh pada anus istri. Dengan posisi ini, suami dapat melakukan rangsangan tambahan kepada istri dengan memberikan rabaan pada payudaranya.

Demikianlah semoga dengan mengetahui ilmu dalam melakukan jima’ ini, suami istri dapat mencapai kenikmatan dan diharapkan jika dilakukan dengan niat ibadah, maka kebahagiaan dapat diraih sepenuhnya. insyaAllah.

Friday, September 26, 2014

Ketika Suami Tiba-tiba minta Bersetubuh



Suatu ketika Rasulullah saw berpesan, “Jika diantara kamu melihat wanita cantik dan hatinya cenderung kepada wanita itu, maka pulanglah, dan temui istrimu di tempat tidur, supaya terhindar dari pikiran yang kotor.” (HR. Muslim)
Bisa jadi ini menjadi peringatan sekaligus solusi dari Islam bagi umat manusia. Islam mengingatkan kepada kita, bahwa laki-laki mempunyai kecenderungan kepada wanita yang cantik. Hal ini sudah menjadi ketentuan Allah SWT. Sudah menjadi sunnatullah. Oleh karena rasa kasih saying Allah SWT kepada hamba-Nya, maka Dia berikan solusi bagi manusia melalui Nabi-Nya, seperti tercantum dalam hadits riwayat Muslim di atas. Seandainya hal tersebut dilakukan setiap pasangan, maka akan sangat mengurangi penyakit moral, zina, selingkuh, yang saat ini banyak menjangkiti pasangan suami istri yang tidak kokoh imannya. Naudzubillah.  
Suatu saat mungkin seorang suami harus pulang mendadak, padahal ia baru saja pergi. Ia pulang tidak seperti biasanya. Suami tiba-tiba pulang dan meminta istri untuk bercinta di tempat tidur. Bisa jadi istri saat ini tidak siap dan tidak begitu bergairah untuk bersenggama. Tetapi seorang istri shalihah akan berusaha untuk menyambutnya dan member pelayanan yang maksimal kepada suaminya. Istri sebaiknya memberikan kebahagiaan kepada suami dengan sebaik-baiknya.
Istri shalihah akan merasa senang, bahagia dan bangga kepada suaminya tersebut. Karena ia pulang dan bercinta dengannya, karena menjaga agamanya. Menjaga kehormatan kelaminnya. Dan menjaga kesetiaan kepada istrinya. Maka sudah selayaknya istri memberikan pelayanan seks secara prima kepada suaminya tersebut.
Bayangkan, bagaimana jika suami yang pulang tersebut mendapat penolakan dari sang istri? Padahal di luar sana, hatinya mempunyai kecenderungan kepada wanita cantik. Padahal birahinya sedang memuncak, dan ia ingin menyalurkan nya kepada yang halal. Yaitu sang istri tercinta. Betapa jelek akibatnya jika hal ini terjadi. Keluarga bisa menjadi tidak harmonis. Na’udzubillah.
Bisa jadi, saat itu, suami tidak smepat untuk melakukan pemanasan. Suami tidak sempat mencumbui istri, sehingga ia menjadi terangsang dan siap untuk melakukan jima’. Atau bisa jadi ia melakukan nya dengan cepat dan buru-buru, tanpa menunggu istri mencapai orgasme. Tetapi, layanilah dengan ikhlas. insyaAllah itu lebih baik dan lebih menyelamatkan keluarga.
Dan jika suami masih bergairah, maka cumbu dan rayulah dia. Bermesraan lah dengan nya. Dan ulangilah bersenggama dengan nya. Capailah orgasme bersama-sama.
Semoga dengan demikian keluarga kita dapat terselamatkan. Suami selamat dari godaan wanita di luar sana. Istri selamat dari fitnah. insyaAllah. Semoga bermanfaat.

Waktu Bersenggama Yang Tepat



Dalam kehidupan berumah tangga, melakukan jima’ atau bersenggama adalah sebuah aktivitas yang sangat berperan penting. Bersenggama dapat menjadi sarana untuk menambah perasaan kasih sayang diantara suami dan istri. Terlebih jika kegiatan bersetubuh itu dilakukan dengan penuh rasa cinta, bukan hanya demi kebutuhan biologis semata. Oleh karenanya diperlukan sebuah pengetahuan, diperlukan ilmu untuk mencapai kebahagiaan dan menggapai keberkahan dalam melakukan jima’.
Muhammad Abdul Halim Hamid pernah berkata “Istri yang cerdas adalah istri yang dapat memilih saat yang tepat untuk membangkitkan gairah suami dan mencipatakan aktivitas jima’ yang indah. Untuk itu maka siapkanlah segala sesuatunya sedemikian rupa sehingga menambah rasa suka cita yang lebih dalam. Demikian juga, suami yang cerdas adalah yang melakukan jima’ pada waktu yang pas, sehingga semakin sempurna kenikmatan dan kebahagiaan yang diraih.”
Hadits Riwayat Tirmidzi, dari Abu Ali Thalaq bin Ali ra, “Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Apabila seorang suami mengajak istrinya, maka penuhilah segera meskipun ia sedang berada di dapur”.
Hadits Riawayat Khamsah, dari Jabir ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda , “Jika engkau datang dari bepergian, janganlah kembali kepada istrimu pada malam hari, agar ia dapat mencukur rambut kemaluannya lebih dahulu dan merapikan dandanannya serta lakukanlah jima’”.
Sekali lagi, diperlukan ilmu tentang saat-saat yang tepat untuk melakukan jima’ dengan istri atau suami. Adapun saat-saat yang tepat adalah sebagai berikut :
1.                       Saat-saat bahagia
Ketika kita menemui saat-saat bahagia, seperti walimah saudara atau walimah tetangga, suami atau istri dapat saling mengingatkan tentang kenangan indah di malam pertama, sehingga membangkitkan kerinduan dan rasa cinta yang menggelora. Pada saat seperti ini suami istri memiliki kesiapan yang lebih untuk melakukan jima’ dibandingkan saat yang lain.

2.                       Pasca berselisih paham dengan pasangan
Seringkali pasangan suami istri terlibat masalah, berselisih paham, diantara keduanya. Seringkali diantara keduanya mengalami ketegangan, komunikasi menjadi kaku dan beku. Dan ketika masalah sudah berlalu, ada keinginan untuk saling mendekat, saling memaafkan. Nah, saat-sat seperti ini adalah saat yang tepat untuk melakukan jima’.  Bersenggama pasca berselisih paham seperti ini dapat menjadi sarana merajut cinta kasih diantara keduanya. Jima’ menjadi kesempatan untuk menyatakan keinginan yang tulus untuk memperbaiki hubungan.

3.                       Saat suami menghadapi masalah atau cobaan
Kadangkala, seorang suami yang bekerja menjemput rejeki demi anak dan istrinya, mengalami masalah dalam pekerjaannya. Mungkin ia akan mengalami kegelisahan menahan beban berat. Seorang istri yang cerdas akan segera tanggap menghadapinya. Istri sebaiknya berusaha untuk mendekatinya, menghiburnya. Sambil berusaha mendengarkan masalah yang dihadapi suami, istri sebaiknya juga segera membangkitkan kerinduan suami, menumbuhkan gairah untuk berjima’ dan kemudian melayaninya di atas tempat tidur dengan gariah dan cinta kasih yang penuh.
Jika suami mampu mencapai kenikmatan yang sempurna karena istri pandai membangkitkan gairah syahwatnya, ia akan merasakan kelegaan dan merasa ada yang mendukungnya. Ini merupakan kekuatan yang sangat dasyat untuk membuat suami tetap bertahan dan kuat.
Bersenggama pada saat seperti ini lebih dari sekedar memenuhi kebutuhan biologis, namun yang lebih penting adalah perasaan diterima dan dicintai.

4.                       Ketika pulang dari bepergian
Seorang suami yang usai melakukan perjalanan atau bepergian, apalagi jika bepergian selama beberapa hari atau beberapa minggu, sebaiknya suami bersegera mengajak istrinya untuk melakukan jima’.  Agar istri merasa terhibur setelah ditinggal di rumah dan merasakan kerinduan terhadap suami. Setelah istri merasa kesepian di pembaringan selama suami pergi.
Hikmah lain melakukan senggama setelah bepergian adalah menghilangkan kekeruhan hati dan juga mungkin syahwat suami, sehingga tidak ada lagi godaan di hati suami.
Lebih adari itu, jima’ setelah melakukan perjalanan jauh adalah sunnah Rasulullah saw.

5.                       Ketika istri hamil
Melakukan senggama ketika istri hamil masih menjadi polemic diantara kita. Namun pada dasarnya, seorang suami atau istri pada masa seperti ini tetap saja membutuhkan sentuhan dari pasangannya. Hanya saja diperlukan beberapa trik agar jima’ dapat dilakukan dengan aman dan mencapai kenikmatan. Hal ini dapat anda baca di sini. Semoga bermanfaat.

Thursday, September 25, 2014

Tips Menuju Malam Pertama Penuh Berkah



Malam pertama bagi seorang pengatin adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu. Hati mereka dipenuhi rasa harap dan cemas. Semangat namun sekaligus grogi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh sepasang pengantin baru, agar dalam mengarungi malam pertamanya lebih bermakna dan menjadi penuh berkah. Dengan penuh harapan agar dikemudian hari lahir dari mereka, generasi yang sholeh yang akan menegakkan agama Allah SWT di muka bumi ini.
Hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.             Memakai wewangian.
2.             Bersiwak
3.             Memotong rambut kemaluan
4.             Berwudhu
5.             Mengucap salam kepada istri
6.             Sholat berjama’ah 2 rakaat
7.             Mengecup kening istri
8.             Membaca do’a
9.             Memakan makan kecil pembuka atau minuman pembuka
10.         Memulai dengan pembicaraan ringan
11.         Hiasilah dengan bercanda
12.         Letakkan bantal sebagai alas
13.         Lakukan dengan sabar dan pelan-pelan, jangan terburu-buru.
14.         Tunggulah istri mencapai puncaknya
15.         Usai menunaikan hajat, berbaringlah bersama, rasakan kehangatan.
16.         Sebelum tidur, mandi junub. Atau bisa hanya berwudhu. Atau bisa juga tanpa keduanya.

Demikian beberapa tips mencapai keberkahan malam pertama. Untuk ulasan lebih lengkap akan kami uraikan masing-masing di bagian lain. insyaAllah.
Semoga bermanfaat.